Menikahi Pria Misterius

Ratu Bully Datang Kembali 



Ratu Bully Datang Kembali 

0Gadis itu memiliki rambut ikal yang pendek, matanya juga terlihat seperti sepasang mata Phoenix yang indah, dia mengenakan rompi dengan suspender tipis dan riasan yang tebal, bisa dikatakan dia gadis yang seksi dan keren.     
0

"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" Gadis itu mengerutkan kening, dan mata phoenixnya penuh dengan pertanyaan.     

Su Wanwan mengangkat alisnya, "Lin Qiao?"     

Ekspresi Lin Qiao berubah, "Kamu... kamu Su Wanwan?"     

Su Wanwan mengangguk.     

Suasana hati Lin Qiao langsung memburuk.     

Dia sudah tidak bertemu dengan Su Wanwan selama dua tahun terakhir, "Kenapa tiba-tiba Su Wanwan kembali ke China?"     

Su Wanwan sangat jauh berbeda dengan yang dia ingat terakhir kali mereka bertemu, dan kebetulan dia tinggal di asrama yang sama dengannya?     

"Kamu tinggal di asrama ini?"     

Su Wanwan menganggukan kepalanya.     

Lin Qiao bertanya lagi, "Kamu juga mengambil jurusan jurnalisme?"     

Su Wanwan terus menganggukan kepalanya.     

Lin Qiao terdiam beberapa saat, lalu dia menggigit bibirnya dan tiba-tiba melepaskan kopernya. Lin Qiao mendekatinya lalu berkata dengan wajah memperingati, "Jiang Shuhao adalah pacarku sekarang, dia ikut kelas yang sama dengan kita, kamu mengerti maksudku kan?"     

"Siapa Jiang Shuhao?" Su Wanwan menyipitkan mata.     

"Kamu bahkan tidak mengingatnya?" Suara Lin Qiao meninggi dengan tajam, dan tidak percaya.     

"Siapa dia? Apa aku perlu mengingatnya?" Su Wanwan kebingungan.     

Su Wanwan benar-benar tidak mengingatnya. Dia dan Lin Qiao berada di kelas dan asrama yang sama selama tiga tahun saat SMA.     

Lin Qiao memiliki mata berbentuk monolid dan nampak seperti mata Phoenix yang mudah dikenali dan meninggalkan kesan tersendiri. Dulu mereka pernah memiliki masalah karena seorang pria yang menulis surat cinta...     

"Apa si Shuhao itu?"     

Tapi sekarang dia tidak punya waktu untuk mengingat masa lalu. Su Wanwan dengan cepat mengambil tasnya, "Aku pergi dulu."     

"Tunggu dulu." Lin Qiao berhenti di depannya, masih dengan nada agresif, "Bukannya kamu kuliah di luar negeri? Kenapa kamu sekarang masuk Universitas Nan? Bagaimana kamu bisa masuk ke sini? Apa universitas masih bisa menerima murid pindahan?"     

"Tidak bisa menjawab itu." Su Wanwan tersenyum dan pergi.     

Lin Qiao masih berdiri di sana, lalu dia menghentakkan kakinya karena marah. "Brengsek!"     

"Ratu bully datang kembali ,dan kebetulan dia berada di kelas dan asrama yang sama denganku, sial!"     

*     

*     

Di Kamar Rumah Sakit.     

Setelah Mo Weiyi menutup teleponnya, dia langsung merebahkan dirinya di tempat tidur dan bermain handphone.     

Xiao Yebai duduk di sofa dekat tempat tidur, dia juga sibuk dengan handphonenya, Mo Weiyi tahu pria itu sedang sibuk bekerja tanpa harus menebak.     

Perutnya berbunyi, Mo Weiyi meletakkan ponselnya, "Perutku lapar."     

"Putri, kamu mau makan apa?" Bibi Jiang segera bertanya.     

Mo Weiyi menatap Xiao Yebai, "Aku ingin makan pangsit kepiting Shao Heji."     

"Akan saya pesankan sekarang juga…"     

"Jangan!"     

Xiao Yebai mengangkat kelopak matanya.     

Kemudian dia melihat Mo Weiyi yang sedang menatapnya sambil menyentuh dagunya yang kecil, lalu ia memberi perintah, "Xiaobai, aku ingin makan pangsit kepiting Shao Heji."     

Xiao Yebai mengangkat ponselnya.     

"Aku ingin kamu sendiri yang membelikannya untukku." Kata Mo Weiyi.     

Xiao Yebai menatapnya dan dengan nada dingin, "Apa bedanya?"     

"Tentu saja ada bedanya. Kalau kamu sendiri yang membelinya, itu berarti kamu menunjukkan bentuk kepedulianmu. Tapi kalau kamu hanya menelpon lalu menyuruh orang yang mengantar makanan ke sini, maka kepedulianmu itu akan terpotong 50%. Kalau seperti itu aku sendiri juga bisa memesan sendiri lewat telepon, kan?     

"Kalau begitu, kamu saja yang memesan." Jawab Xiao Yebai.     

Mo Weiyi emosi, "Tidak, aku mau kamu yang membelikannya untukku."     

Nada suara Xiao Yebai menjadi lebih dingin dari sebelumnya, "Aku ada rapat jam dua."     

Dengan jelas Xiao Yebai bermaksud mengatakan dia tidak ada waktu.     

Mo Weiyi mendengus dan melingkarkan tangannya, "Kalau begitu aku tidak mau makan, biar aku mati kelaparan!"     

Xiao Yebai menggosok alis matanya, "Mo Weiyi, apa kamu tidak bisa untuk tidak selalu egois?"     

Mo Weiyi menatapnya, dan matanya tiba-tiba memerah.     

"Mo Weiyi?"     

Dia tidak pernah memanggilnya seperti ini sejak mereka menikah.     

Kalau dia memanggil namanya, berarti dia sedang marah.     

Tapi kenapa dia marah?     

Mo Weiyi hanya merasa sangat lapar, jadi dia ingin suaminya membelikannya pangsit panas isi daging kepiting, "Apa begitu saja tidak bisa?"     

"Selalu menolak dengan alasan bekerja!"     

"Apa sepenting itu pekerjaannya?"     

Semakin dia memikirkannya, Mo Weiyi semakin menjadi marah, dia mulai menyudutkan dirinya sendiri, "Ya, aku orangnya sangat egois. Kalau kamu tidak bersedia membelinya, ya sudah tidak perlu. Kamu bekerja saja, pergi saja dengan pekerjaanmu, biarkan aku mati kelaparan."     

Setelah selesai berbicara, dia kembali berbaring dan menatap langit-langit dengan mata kucingnya.     

Bibi Jiang terlihat sedikit panik.     

Selama dua tahun bekerja dengan keluarga Mo, sang Putri memang selalu dimanjakan, tapi dia hampir tidak pernah marah. Dia selalu terlihat ceria meskipun Tuan Mo sangat jarang berbicara. Ini adalah pertama kalinya dia melihat pasangan muda ini bertengkar, tapi dia juga tidak tahu bagaimana membujuknya.     

Suasana di kamar rumah sakit itu jadi agak kaku untuk sementara waktu.     

Kemudian, Xiao Yebai mengambil kunci mobilnya dan pergi.     

Mendengar suara pintu ditutup, Mo Weiyi mengerutkan mulutnya, lalu air mata mulai jatuh dari matanya.     

"Putri….."     

"Keluar!"     

"Ah?"     

Mo Weiyi terisak "Keluar!"     

"Cepatlah pergi! Aku tidak ingin melihatmu! "Mo Weiyi melempar bantal ke lantai.     

Bibi Jiang sangat ketakutan, dia berbalik dan pergi, "Baiklah, tuan putri, saya keluar sekarang."     

Setelah pintu kembali ditutup, Mo Weiyi bersandar di bantal, rambut panjang hitam dan ikalnya yang tebal terurai menutupi seluruh wajahnya.     

Isak tangisnya terdengar sampai keluar ruangan.     

Mo Weiyi benar-benar merasa sedih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.